Digital Content Class: Angga Sasongko
setelah sempat nguping pas sesi workshop film di Bank Indonesia Fest januari lalu di jakarta, alhamdulillah punya kesempatan utk ngaji lagi dari
@anggasasongko hari ini.
media memberikan market unik tersendiri. bgm content, experience terbentuk. tdk lahir dari ruang kosongnya, tapi lahir dari market. pahami konteks, perjalanan, literasi, kultur, sejarah media dan masyarakat 5 dekade, tren media berubah digital. shift nya sama besarnya dr teks>> >> suara>>visual.
everything on demand. everyone can be creator.
dulu platform hy py kapital besar. kapital is king. creator ikut king.
skrg screen option terus berkembang. tdk perlu struggling nonton video di gadget. tdk saja mengubah audience/user perceive content,media memberikan market unik tersendiri. bgm content, experience terbentuk. tdk lahir dari ruang kosongnya, tapi lahir dari market. pahami konteks, perjalanan, literasi, kultur, sejarah media dan masyarakat 5 dekade, tren media berubah digital. shift nya sama besarnya dr teks>> >> suara>>visual.
tp content creator hrs adaptasi, dan create how to menyajikan ke media
subscr video on demand- netflix
transaction video on demand- konsumsi content scr sachet, gogleplay, bioskop online
effort- advertising video on demand, youtube, kaskus tv, ada iklan
business model saat ini
model media spt apa yg ingin dibangun
audience behavior
research
seek
restart
planning
mrk py kebebasan utk memilih
membuat behavior utk absorb content jauh lbh membntuk value antara audience/user,koneksi user dg platform
komunitas
guidance
various subject
user cari koneksi di content yg diterima
ex:bth persp baru
audience gak suka yg ribet
media punya peran. tp terbentuk oleh platform dan content
ex: entertainment, tdk education. tapi bukan berarti tdk bisa berbagi value.
byk juga yg kasih enlightment, inspiration
content memberi solving problem
visinema bangun keluarga cemara
bayangkan berjalan dg sepatunya audience.
ex: mau gak keluar 100ribu, spend 3jam utk nonton ini
pahami audience value system, bangun koneksi
bukan media menawarkan dan memaksa, tp perlu cari koneksi value antara audience dan content kita
identifikasi segmentasi yg strong
tdk bisa maksa sbg content creator utk please everyone
krn media punya voice nya sendiri
meski berusaha balance, two side, tp yg membentuk adlh keberpihakan. kita mau berpihak pd siapa
bukan berarti keberpihakan sbg redflag, big no
tp berpihak pd publik, misalnya
najwa sihab mewakili keingintahuan kita
kita merasa kak nana sbg bagian diri dan suara kita
content creator di titik tertentu menunjukkan keberpihakannya. pertanyaannya: pada siapa
resikonya ada pihak yg tdk suka
be fluid n flexible: di tengah dunia yg dinamic n chnaging
engage
menyajikan content secara text, audio, visual
ex: book series, podcast, docuseries
full session di youtube
short teaser di channel lain
infografis di digital
dari satu material spt investigasi bs dilihat dlm kerangka 360
kita baru belajar baca, ada radio. baru belajar denger, tiba2 ada internet
dg kecepatan sedemikian rupa,sulit utk py ceruk audience yg nurture
strategi:medium streaming utk guru2, utk investasi. kita perlu audience yg nurture. perlu cara mendorong literasi media
1 guru=100murid
nurturing filmmaker juga dst
industri tdk akan sustain tanpa punya cukup kompetisi
120 film setiap tahun, hrsnya da 240 sutradara yg py kemampuan yg sama. 120 terbaik yg dpt pekerjaan
dg adanya kompetisi, film yg dihasilkan jauh lbh baik
penontonnya lbh mature
indonesia jd rumah utk filmnya
milenial appreciate hal2 yg beda dg generasi sblmnya
OUTSIDE
punya misi
bisa kontribusi
feel challenge
value of company
commitment to society
proud, bikin bangga atau nggak
INSIDE
hungry
butuh existence
keterbukaan
argumen
new ideas
mana sih company yg py budaya egaliter
engage
cari cara terbaik utk bisa engage, valuable
pikir ulang apa yg kita pikirkan
gmn ya market bisa evolve
apa yg mrk desire
switch spotnya di mana
apa sdh tepat menyajikan percakapannya
how will i know, ini bener atau nggak
if the resource are no object,what problem i can solve
inovasi tdk keluar dr ruang kosong, tp dr insight
kita tuh cycle,punya culture
art itu expresi
ktk bergerak,membawa informasi,menggerakkan sain, menggerakkan eksplorasi, changing jd pengetahuan, yg jd engineering, membuat penemuan,yg jd utiltility, jd design, behavior,balik lagi
pola bgm kita punya struktur dlm setiap gagasan
bgm ide/kreatifitas bukan sesuatu yg abstrak, bisa dibuat struktur, bs diinstitusikan
dg punya modelnya, kita tahu dr mana berangkatnya, bgm mengcounter, di mana punya ekonomi
dg kita mampu menstruktur ide kita, jd ngerti di mana redflagnya. tahu bgm hrs berubah
klo tdk bisa nembus garis kuning, gagasn musti ganti
hrs tahu garis ini apa.
hrs bentuk full lingkaran. agar mampu cultur-behavior-economy dst
kalau kita gak bisa improve, ya tak bisa jalan
strategic thinking tdk boleh lebih dari 5
hrs fokus, prioritas
don't hide from critic, learn from them
ex: platform campus
hrs tahu dunianya kyk apa, bentuk dr pemahaman dulu
dr engineering, produki, gmn buat platform yg bisa jd utilities. apa aja yg menjadikannya berbeda. py economical dan scr nature juga dibutuhkan
baru masuk design, kontruksi, dst
ex: ada byk study case, insteadof common knowledge
p gita wirayawan ajari leadership
hasilnya bukan org tiba2 bikin hape
tapi mendorong masuk ke seperempat lingkaran yg lain
role dan bgm kita bekerja selalu menggunakan struktur yg sama
jangan loncat2, krn akan lose the connection
penting utk py pola berpikir dan berproses yg benar
nurture: punya 2 ways, kita harus tahu orangnya, tahu kapasitas, utk naikin kapasitas, kita tahu hrs ngapain
kita tertantang utk tahu audience lbh jauh, social construction, pahami tiap conversation yg hidup di publik
educate: punya 1 dimensi yg sifatnya absolut, lalu turun
nurture utk bangun narasi.
all about connection
bgm menjemput, dan mrk datang utk kita
harus tahu idealisme tu apa
kdg kita anggap ideal itu common sense
pdhal nilai ideal anggasasongko dan angga yg lain beda2
ada yg merasa idealnya py roll royce
ada yg idealnya khusyu
dinilai dlm konteks taste,ada yg buruk
tp kalau dinilai dlm konteks value,tdk bs menghakimi
ada core product, bisa dipikirkan secara bersamaan, dari awal
digambar sedemikian rupa, shg ktk sdh jadi bisa diadptasi
utk business sustainability
film kawin dg film business
don't marry to any ideas
kalau keren tapi tdk bisa dikembangin business developmentnya, jgn diterusin
KPInya dari market size
misal: kalau sdh ada 5rb layar bioskop, struktur market 50% nonton film indonesia, mgkn kita bisa pede experience business, ex: disneyland based on IP
captive market significance
investment tdk beresiko
by default,hrs py signature&resonate
hrs mampu create,cari cara utk menonjokkn dlm karya2mu
pick one issue yg buat gelisah, relate. ex: ttg isu resiliensi, cerita bs byk,ex: anak bontot, org tua anak, gap generasi, trauma relasi, unconditional love, organik muncul jd ciri khas
tentukan mau jadi
PH servis-commisioning, iklan, dokumenter
PH independen kreasi
atau jd dua2nya
revenue stream beda
dpt finance beda
visinema main di IP, control semua proses, tdk terjebak adu murah
kalau commisioning cari yg paling efiesien
start engineernya susah, krn hrs yakinkan investor
hrs buat presentasi pitch deck yg jelas, bgm menghasilkan dst
visinema awalnya commisioning,ngerjain proyek orang
footing paling bawah, kecuali industrinya segedhe hollywood, krn bisa create sendiri
2012 sadar, utk shifting
yg sustain adl kerajaan2 besar, netflix, disney, fox
krn utk bikin kerajaan butuh sistem, dst
kalau content creator,cukup create saja
littel giant bikin nusa
kita gak tahu little giant bikin yg lain
animasi jgn creature,musti human
character design,matanya hidup,warna ijo dst